Pada awal tahun 2015, Januari, utang pemerintah Indonesia mengalami peningkatan cukup signifikan, mencapai Rp 2.702,29 triliun. Jumlah utang pemerintah pada Januari 2015 itu berarti bertambah hampir Rp 100 triliun. Karena, utang per akhir Desember 2014 tercatat sebesar Rp 2.604,93 triliun.
Menurut data dari Kementerian Keuangan pada Kamis lampau (26/2), total utang sebesar Rp 2.702,29 triliun itu terdiri dari pinjaman sebesar Rp 681,27 triliun dan Surat Berharga Negara (SBN) sebesar 2.021,02 triliun. Kalau dibandingkan dengan posisi per Desember 2014, porsi SBN mengalami lonjakan cukup signifikan. Per Desember 2014, posisi SBN hanya sebesar Rp 1.931,22 triliun, sementara pinjaman sebesar Rp 673,71 triliun.
Yang menjadi pemberi pinjaman terbesar dengan nominal sebesar Rp 337,82 triliun atau 31,9% adalah Jepang. Negara pemberi utang terbesar lainnya masing-masing Prancis sebesar Rp 24,70 triliun (3,6%) dan Jerman sebesar Rp 20,47 triliun (3%). Adapun Bank Dunia masih tercatat sebagai lembaga multilateral pemberi utang terbesar, hingga Rp 176,86 triliun atau 26%.
Pihak Kementerian Keuangan mengungkapkan, utang merupakan bagian dari kebijakan fiskal, dalam hal ini APBN, yang menjadi bagian dari kebijakan pengelolaan ekonomi secara keseluruhan. Utang juga merupakan konsekuensi dari postur APBN yang mengalami defisit.
Ironisnya harga BBM perbarel turun hingga 45 usd perbarel, harga bensin solar malah naik. bayangkan saat jaman Presiden SBY harga minyak perbarel 70-85 usd bahkan 100 usd, BBM tertinggi yang dijual pemerintahan SBY adalah 6500. setelah pemerintahan Joko widodo, ketika minyak perbarel menyentul 45 usd. harga bensin hingga 6700. lalu kemana keuntungan uang BBM ini? karena negara malah masih harus utang hingga 100 triliun?
Ditambah lagi nilai rupiah atas dolar yang terus lemah, bahkan 1 usd kini hingga mencapai 13000. adakah indikasi melemahnya perekonomian indonesia mulai terlihat. banyak perkiraan yang meleset dari sebelum pemerintahan baru ini mulai memerintah. harga harga yang terus melonjak, nilai rupiah yang terus melemah. dan hingga bertambahnya utang negara dnegan nilai yang signifikan.
di sosial media ada rakyat yang mulai memaki, ada pula yang yang tak putus asa menunggu perubahan itu, walau kenyataan justru berubah ke yang lebih buruk dari pemerintahan sebelumnya
RSS